Nama pondokan putri itu Asrama Padma. Padma artinya bunga teratai, sesuai dengan penghuninya yang khusus untuk putri. Letaknya sangat strategis, berada di sebuah lingkungan dekat kampus sebuah universitas negeri terbesar di daerah itu, sebutlah Universitas Favorit, dan hampir semua rumah di lingkungan itu adalah rumah kost atau asrama putri. Kalau dari jalan besar, kita harus masuk jalan Awang yang terletak tepat di samping Universitas Favorit, lalu belok kiri, sekitas 100 meter lagi belok kanan, melewati jembatan dan persis di depannya itu pondokan Padma berada. Kamu pasti langsung mengenali pondokan itu, karena pondokan Padma adalah bangunan rumah yang paling besar bertingkat 3.
Sebagai bangunan paling besar di daerah itu yang memiliki lantai 3, podokan Padma adalah pondokan yang paling ‘heboh’ di kompleks itu. Gimana gak heboh, penghuninya yang cewek semua itu sering bikin orang-orang yang lalu lalang di jalan kadang-kadang menoleh kaget karena adaaaa ….saja yang berteriak, atau tertawa, atau bernyanyi atau cuma sekedar mendehem dari tingkat 2 bila ada cowok lumayan ganteng yang lewat di bawah. Apalagi kalo lagi nonton tv bareng, acara komedi pula, waduh…..suara ketawa mereka sampai terdengar ke 8 penjuru mata angin radius 1 mil! yah, begitulah kira-kira gambaran hebohnya mereka.
Belum lagi kalo anak-anak kos nonton siaran langsung pertandingan bola yang biasanya diputar tengah malam menjelang subuh, hiiiiiiiiy…..teriakan sorak soray mereka sampai membangunkan ayam-ayam yang sedang asyik tidur, yang kaget dan langsung mengepakkan sayapnya dan berkokok! Dikira ayam-ayam itu hari pasti sudah pagi…walaupun mungkin dengan sedikit bingung kok hari masih sangat gelap ya…?
Pondokan itu memang besar. Namun sebagai kos yang banyak penghuninya, anehnya tidak ada ruang tamu. Yang lebih parah, dulu malah tidak ada garasi tempat memarkir motor penghuninya. Jadi para mahasiswi itu memarkir motor mereka di koridor di depan kamar-kamar kos. Belakangan para anak-anak kos ini protes pada landlord (bapak kos) untuk membuatkan garasi khusus motor setelah salah satu penghuni kos yang kamarnya persis di sebelah pintu masuk, suatu pagi tidak bisa keluar dari kamarnya gara-gara sebuah motor yang diparkir tepat di depan pintu kamarnya itu sehingga dia tidak bisa keluar. Dan nampaknya perjuangan anak-anak kos ini membuahkan hasil – lima tahun kemudian – dibuatlah garasi motor disamping kos. Jadi selama itu penghuni kos yang kebetulan kamarnya berada di lantai dasar dan dekat pintu masuk tersebut, harus rela setiap pagi meloncati motor kalau mau keluar kamar….
Di tengah-tengah lantai dasar terdapat ruangan yang cukup luas sebagai tempat penghuninya nonton tv, yang persis diletakkan di bawah tangga. Ruang ‘keluarga’ ini berbatasan langsung dengan dapur bersama. Di tengah-tengahnya dibuatkan rak besar dan panjang tempat meletakkan perabotan dapur para penghuni. Diseberang rak dibuatkan meja dapur yang panjangnya nauzubillah…tempat menaroh kompor-kompor. Di ujung dapur ada 3 kamar mandi dan 2 buah wc.
Di tingkat dua lain lagi. Gak ada ruang keluarga, dapur ataupun kamar mandi dan wc. Jadi para anak kos masak dan mandinya harus ke bawah. Tapi ada sebuah tv lagi yang diletakkan dekat tangga yang menuju ke lantai bawah, sedangkan tangga satunya menuju ke tingkat tiga. Tingkat tiga mempunyai sebuah tv juga, dan 2 kamar mandi dan 2 wc. Jadi bisa dikatakan, sosialisasi anak-anak kos tingkat dua ini cenderung lebih akrab dengan
anak-anak di tingkat satu dari pada dengan anak-anak di tingkat tiga.
Para penghuni kos ini kalau sore hari suka hang out di teras tingkat dua. Kadang-kadang mereka nyanyi-nyanyi diiringi petikan gitar salah seorang mahasiswi. Wah…kalau sudah mulai bernyanyi ria, teras tingkat dua itu serasa bagai panggung pertunjukan! Mereka tidak peduli dengan suara sumbang atau gak hapal lirik, yang penting nyanyi cuy! Lagunya pun macam-macam. Awal-awal ‘konser mini’ itu lagu-lagunya adalah lagu-lagu yang lagi ngetrend saat itu. Suara para vokalisnya pun manis-enak di dengar walaupun dengan berbagai-macam warna suara. Habis daftar lagu yang lagi top itu, ganti dengan lagu-lagu top mancanegara. Habis lagu-lagu mancanegara suasana mulai rusuh…lagunya menjadi medley lagu-lagu anak-anak seperti balonku, bintang kecil, topi saya bundar , lebih seru lagi karena medley dicampur dengan lagu-lagu kebangsaan seperti garuda pancasila, 17 Agustus tahun 45, Indonesia Raya (menyanyikan lagu ini mereka gak berani asal-asalan…menyanyikannya pun dengan khidmat…).
Puas dengan medley campuraduk, suasana tambah kacau dengan ulah salah satu peserta paduan suara yang memplesetkan lirik lagu sehingga menjadi ancur….Dan sekarang gak bisa dibedain lagi mana suara nyanyian dan mana suara tawa cekikikan... Puncak pertunjukan adalah terpengaruhnya semua vokalis untuk mempelesetkan semua lirik lagu yang mereka nyanyikan menjadi lirik ciptaan mereka sendiri, sehingga kalo didengarkan dengan sungguh-sungguh, cewek-cewek ini bisa menyaingi Project Pop loh…wah..wah..wah…!
Lain waktu, kalau lagi gak mood mengadakan konser, para mahasiswi itu duduk-duduk saja di teras tingkat 2. Kegiatan bebas, ada yang makan bakso, ada yang mengerjakan tugas kuliah, ada yang lagi telpon-telponan pake hp baru (saat itu handphone merupakan barang yang mahal dan belum banyak yang bisa membelinya, apalagi untuk ukuran kantong mahasiswa). Yang lagi gak ngapa-ngapain cuma bengong sambil melihati orang-orang yang lalu lalang di bawah. Nah…yang lagi bengong inilah yang perlu diwaspadai sodara-sodara…..karena biasanya karena gak punya kerjaan, dia nyari orang yang bisa dikerjai. Kadang-kadang orang yang lewat di depan koslah yang jadi sasaran, dan yang pasti cowok yang jadi sasarannya.
Penyakit ini menular loh….satu saja mulai menggodai cowok-cowok yang lalu lalang, semua pasti ikutan nimbrung. Coba anda bayangkan, cowok kalau digodain sama seorang cewek, biasanya mesem-mesem dan hidungnya kembang-kempis kesenangan kan? Tapi kalau yang menggoda banyak cewek, rame-rame pula, si cowok bukannya seneng, malah jadi tengsin dan salah tingkah sendiri….Dan tujuan anak-anak kos ini menggodai cowok-cowok yang lewat memang bukan untuk menarik perhatian si cowok, tapi ingin membuatnya merasa salting dan malu. Caranya simple aja, cukup dengan menyapa si korban dengan nama-nama seperti Unyil, Amat, Usai, atau nama-nama lain yang kira-kira ‘gak keren banget’. Si korban karena kaget, lalu menoleh ke atas ke tempat para penyapanya tersebut. Nah….hal tersebut cukuplah sudah untuk membuat cowok tersebut merasa tengsin. Masa muka cakep, baju keren, tapi namanya kok Unyil? Kampungan banggeeeeeets…..
Merasa triknya berhasil, para cewek tersebut semakin menjadi-jadi mengerjai siapa pun yang lewat. Kali ini bukan hanya cowok, tetapi korbannya melebar menjadi semua yang lewat. Berarti, cewek pun tak luput dari incaran mereka. Tapi dalam mengerjai korban cewek ini mereka menggunakan trik yang berbeda, secara cewek biasanya gampang marah kalau dikerjai sesama cewek gitu loh.. Modusnya setelah memanggil si cewek yang lewat dengan nama-nama yang kampungan, para penggoda ini lalu memalingkan muka kearah lain, pura-pura tidak tau dan cuek seakan-akan bukan mereka yang punya ulah.
Suatu saat, lewatlah seorang cewek dari arah gang belakang kos. Salah seorang dari mereka bersiap-siap melancarkan jurusnya.
“Hei Isah, mau kemana lo?” teriaknya.
Si cewek menoleh ke atas, dan para anak-anak kos itu pura-pura menoleh ke arah lain, ada yang pura-pura ngobrol, ada yang pura-pura melihat ke atas sambil menghitung burung-burung yang terbang, ada yang pura-pura ngupil…(padahal ngupil beneran). Salah seorang cewek, Tri namanya, rupanya gak sengaja melihat ke si korban. Senyumnya yang tadi lebar karena geli berubah menjadi senyum kecut. “Eh…Ibu ... Dari pasar ya bu….”
Anak-anak yang lain mendengar suara Tri yang pelan itu bagaikan mendengar suara petir di siang bolong. Kontan aja semuanya melihat ke arah korban mereka, yang ternyata adalah …..ibu kos mereka sendiri! Brusss……tanpa ba bi bu lagi semuanya lari masuk ke kamar masing-masing…..
No comments:
Post a Comment